PRA-KL 2010

Senior, sebuah kata yang dulunya amat kubenci, dengan perbedaan strata yang menyebalkan. Namun sekarang aku harus menyandangnya. aku adalah senior sekarang. Kenangan masa Pra-KL 2008 lalu masih lengkap dengan ingatanku, apalagi kejadian Sari Angraini yang dramatis, ia terbawa suasana "Cukup..Cukup...hentikan semua ini..." Sari menangis, ia tak tahan melihat kami dibentak. Suara makian dan teriakan senior makin keras, hujan gerimis serasa hujan batu, aku bingung apa yang harus kulakukan. Aku hanya memandang mereka dengan tatapan kosong, tampa ekspresi, para senior yang perempuan itu, tak ubahnya seperti macan buas yang siap memangsa kami, tak kupungkiri masih ada macan jinak, yang hanya menyudut dengan tatapan kosong. Ku inginkan bantuan mereka, ku mengenbal mereka, namun harus bagaimana, yang jelas ku sekarang diam saja, itulah yang kulakukan saat resepsi pembantaian itu terjadi.

Skarang aku berada dalam posisi yang berbeda, akulah seniornya sekarang. Mata adik 2010 masih sangat polos, aku kasihan melihat mereka dibentak, namun mau bagaimana itulah skenarionya. skenario yang sudah menjadi tradisi. Namun Alhamdulillah sekarang sudah mulai berkurang pembantaiannya, dan memanglah adik2 2010 banyak sekali kesalahannya, jadi senior hanya ingin adik-adiknya sukse di KL yang sebenarnya.

Suasana di camp sangat mendukung, nggak hujan seperti yang kami rasakan dahulu, Inilah tampang-tampang anak lapangan, walaupun nggak mandi...tetap narcinya nggak ilang....He..he..Rhizantes 2008, I luv You All.