Baru saja aku merasa gembira karena berhasil menyelesaikan salah satu tugasku, cukup lelah menyelesaikannya, berburu di tengah lalu lalang kendaraan, jalanan macet dan konsentrasi penuh memegang gas sepeda motor yang sudah satu tahun menemaniku, walaupun letih karena tangan jadi keram, kulit terbakar karena terik yang lumayan garang siang hari tadi ^_^, kegembiraanku itu ku lepaskan dengan memasak makanan kesukaanku :D Yah, ternyata memasak mengajarkan seseorang untuk bersabar, wajar sekali wanita punya sikap sabar yang lebih dibanding kaum adam, karena ada banyak pekerjaan yang menjadi latihan dalam kehidupannya.
Akibat mengulek rawit tangankupun jadi panas dan keringetan, masya allah super panas rasa mau nyebur dalam kolam renang *tapi kolam renang siapa ^_^ One day aku akan punya kolam renang.
Tiba-tiba ada telpon dari adikku yang paling bungsu *Ibu minta aku telpon balik, karena tidak ada pulsa :D Seperti biasa aku sapa Ibu dengan suara ceriaku, tapi aku justru dengar suara ibu parau menahan tangis, perasaanku langsung berubah drastis, kegembiraanku berganti dengan rasa yang seperti di aduk-aduk, menyesakkan sekali, mataku panas menahan palung yang sebentar lagi penuh, aku tidak bisa menghadapi Ibu yang sedang menangis.
"Loh, kok suara ibuk parau, ada apa ini?" Aku berusaha bersuara wajar, berharap Ibuk akan tertawa.
"Kapan kamu balik Nak?" hanya itu pertanyaannya sambil menahan tangis. Aku memang sudah hampir sebulan tidak pulang kerumah, karena mengurus usahaku dan urusan ijazah, yah Ibuk berharap aku ikut tes cpns dan aku usahakan ikut itu, tapi tetap saja jalanku tak mudah, proses acc yang harus ku hadapi membuatku harus bersabar mendapatkan ijazahku.
"Loh, kok Ibuk mau aku pulang kampung, urusanku belum selesai, tapi ibuk mau anak ibuk ni ikut cpns?" Jawabku lembut.
"Oooooo...." Suara Ibuk lirih, aku merasakan ia tengah merindukanku, rindu yang sangat dalam.
"Seminggu lagi aku pulang ya Buk" Lanjutku memberikan harapan.
"Ya Sudah kalau begitu, kalau urusannya selesai, langsung pulang yah Nak, Ibuk rindu" Tangis Ibuk makin mengiris relung sanubariku.
Telpon ditutup, aku justru tak bisa menahan tangis, Ibuk sangat mengkhawatirkan keadaanku, padahal aku baik-baik saja disini, inilah yang membuatku tidak bisa pergi jauh-jauh dari orang tua.
Besok aku akan pulang, Ibu jauh lebih berharga dibandingkan dengan Urusanku, Ya Allah, jaga Ibuku dari keluh dan kesah,lapangkanlah hatinya, lembutkan hatinya agar ia sabar menunggu kesuksesanku. Jangan biarkan aku mengulangi kesalahan ini lagi, aku tidak akan pernah lagi buat Ibu Menangis, astaghfirullah, ampuni aku Ibuuuuuuuuuuuuuuuuu Tolong Jangan Menangis :(
Maafkan hamba ya Allah
Ampuni aku karena telah buat Ibu menangis
astaghfirullah
Astaghfirullah
IJINKAN AKU BAHAGIAKAN IBU SECEPATNYA YA ALLAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas koment dan sarannya, semoga menjadi ikhtibar bagi saya, agar terus belajar lebih baik